• Twitter
  • Facebook
  • Google+
  • Instagram
  • Youtube

About me

Let me introduce myself


A bit about me

I'm Dian Wahyu Tri Lestari and you can call me Ayu. I'm chatty, spoiled, likes to joke.

Dian

Profile

Deepak Bhagya

Personal info

Birthday: 15 Oktober 1993
Phone number: +(62) 0857 3166 4402
Website: www.catatandianairen.blogspot.co.id
E-mail: dianwahyu1510@gmail.com

RESUME

Know more about my past


Employment

  • 2016-future

    Mount Dreams Indonesia @ IT Helpdesk

    PT Mount Dreams Indonesia at Pertamina 77 Sumberame Wringinanom Gresik, Jawa Timur 61176

Education

  • 2012-2016

    Institute of Business and Informatics Stikom Surabaya @ bachelor of design

    Visual Communication Design

  • 2009-2012

    Senior High School 2 Mojokerto @ graduated

    Science Program

  • 2006-2009

    Junior High School 2 Wringinanom @ graduated

Skills & Things about me

87%
photographer
35%
html & css
89%
Punctual
85%
illustrator
37%
Web Developer
43%
wordpress

Portfolio

My latest projects


Minggu, 27 Oktober 2013

Masa Lalu

Entah apa yang ada di pikiran ku saat ini jika aku mengatakan kalimat "Masa Lalu". Itu hanya sebuah kenangan yang sudah atau bahkan tersisih karena kehadiranmu. Sosok mu mampu membuatku lupa akan masa lalu ku. Sosok mu juga yang terus melarang ku untuk mengingat masa lalu. Bukan aku mengingat masa lalu dan bukan juga aku melupakan masa lalu. Tapi aku hanya ingin memperbaiki hidupku yang sejatinya tak biasa. Aku ingin berubah lebih baik dari masa lalu ku. Ya, meskipun perubahan itu tak bisa 100 % seperti kebanyakan orang.

Aku mencoba merangkak ke atas setelah lebam dan luka yang terjadi di masa lalu ku. Tak ada yang mau menolong ku selain kamu. Kamu adalah sosok yang ku temui setelah lebam dan luka itu terjadi. Kamu membantu ku untuk bisa merangkak naik. Perlahan namun pasti. Saat aku sudah sedikit naik dengan bantuan mu, kau malah meninggalkan ku dan menjemput masa lalu mu.

Apa itu pantas kau lalukan saat kau bilang padaku bahwa masa lalu itu tak patut di kenang kembali? Masih ingatkah kau dengan apa yang kau ucapkan dulu padaku? Ah, aku kira kau tak pernah ingat atas apa yang kau ucapkan padaku dulu. Mungkin, kau hanya menganggap ku angin lalu.

Meskipun kau meninggalkan ku tak lantas membuatku jatuh hingga lebam dan terluka kembali. Aku hanya terperosok namun 

SEMIOTIKA, SEBUAH PENGANTAR SINGKAT

Semiotika atau Semiologi berasal dari kata Yunani: semei atau tanda, yaitu ilmu tentang tanda. Cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segal sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi pengguna tanda (Arief Adityawan S., 1999: 79). Sedangkan dalam webhttp://id.wikipedia.org/wiki/Semiotika, dijelaskan Semiotik, Semiotika atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda” atau “sign” dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Secara umum, semiotik didefinisikan sebagai berikut. Semiotics is usually defined as a general philosophical theory dealing with the production of signs and symbols as part of code systems which are used to communicate information. Semiotics includes visual and verbal as well as tactile and olfactory signs (all signs or signals which are accessible to and can be perceived by all our senses) as they form code systems which systematically communicate information or massages in literary every field of human behaviour and enterprise. Artinya, semiotik biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory (semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki) ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia.
Selanjutnya dijelaskan, awal mulanya konsep semiotik diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure melalui dikotomi sistem tanda: signified dan signifier atau signifie dan significant yang bersifat atomistis. Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada hubungan yang bersifat asosiasi atau in absentia antara “yang ditandai” (signified) dan “yang menandai” (signifier). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Jadi, penanda adalah aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi, petanda adalah aspek mental dari bahasa. Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan karena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya, suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda; petanda atau yang dtandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistik. “Penanda dan petanda merupakan kesatuan seperti dua sisi dari sehelai kertas,” kata Saussure. Louis Hjelmslev, seorang penganut Saussurean berpandangan bahwa sebuah tanda tidak hanya mengandung hubungan internal antara aspek material (penanda) dan konsep mental (petanda), namun juga mengandung hubungan antara dirinya dan sebuah sistem yang lebih luas di luar dirinya. Bagi Hjelmslev, sebuah tanda lebih merupakan self-reflective dalam artian bahwa sebuah penanda dan sebuah petanda masing-masing harus secara berturut-turut menjadi kemampuan dari ekspresi dan persepsi.
Louis Hjelmslev dikenal dengan teori metasemiotik (scientific semiotics). Sama halnya dengan Hjelmslev, Roland Barthes pun merupakan pengikut Saussurean yang berpandangan bahwa sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Semiotik atau dalam istilah Barthes semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa obyek-obyek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana obyek-obyek itu hendak dikomunikasikan, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Salah satu wilayah penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader). Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktivan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara lugas mengulas apa yang sering disebutnya sebagai sistem pemaknaan tataran kedua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sistem kedua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang di dalam buku Mythologiesnya secara tegas ia bedakan dari denotative atau sistem pemaknaan tataran pertama.
Berbeda dengan para ahli yang sudah dikemukakan di atas, Charles Sanders Peirce, seorang filsuf berkebangsaan Amerika, mengembangkan filsafat pragmatisme melalui kajian semiotik. Bagi Peirce, tanda “is something which stands to somebody for something in some respect or capacity.” Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi disebut ground. Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, object, dan interpretant. Atas dasar hubungan ini, Peirce membuat klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda. Sedangkan legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda. Peirce membedakan tiga konsep dasar semiotik, yaitu:
  1. Sintaksis semiotik mempelajari hubungan antartanda. Hubungan ini tidak terbatas pada sistem yang sama. Contoh: teks dan gambar dalam wacana iklan merupakan dua sistem tanda yang berlainan, akan tetapi keduanya saling bekerja sama dalam membentuk keutuhan wacana iklan.
  2. Semantik semiotik mempelajari hubungan antara tanda, obyek, dan interpretannya. Ketiganya membentuk hubungan dalam melakukan proses semiotis. Konsep semiotik ini akan digunakan untuk melihat hubungan tanda-tanda dalam iklan (dalam hal ini tanda non-bahasa) yang mendukung keutuhan wacana.
  3. Pragmatik semiotik mempelajari hubungan antara tanda, pemakai tanda, dan pemakaian tanda.

REALISME

Francisco de Goya (1746-1828) adalah tokoh yang sering dihubungkan dengan realisme dan romantisme. Goya memandang dunia ini tanpa ilusi. Ia tidak lari dari kenyataan, karyanya adalah refleksi dari keadaan yang ada di sekitarnya. Goya terkenal sebagai pelukis potret. Lukisan-lukisan potretnya sangat mengagumkan kelembutannya. Seperti pada karya potret istrinya “Josefa Bayeu” atau “Madame Goya” tahun 1798. Lukisannya yang terkenal adalah sepasang lukisan “Maja” (dibaca “maha”) yang bertelanjang dan berpakaian (1797-98). Selain dari Goya, pelukis realisme adalah Honore Daumier (1808-1979) diwujudkan lewat karya-karya karikaturnya dengan teknik lithografi dibuatlah tidak kurang dari 4000 karya karikatur baik untuk koran maupun untuk dirinya sendiri (Soedarso SP, 1990: 24-26).
Realisme adalah aliran seni yang berusaha untuk meniru bentuk di alam nyata semirip mungkin. Pada awal perkembangan seni lukis, realisme adalah tujuan utama untuk mendapatkan lukisan yang indah. Tokohnya Gustave Courbet (1819-1877) dan Jean François Millet. Jean François Millet adalah kelompok pelukis dari Barbizon (nama sebuah desa di dekat hutan Fontainebleau yang tidak jauh dari Paris). Gustave Courbet pernah berkata dengan pongahnya, ia mengatakan “Tunjukan Malaikat padaku dan aku akan melukisnya” yang mengandung arti bahwa baginya lukisan itu pada dasarnya adalah seni yang konkrit, menggambarkan segala sesuatu yang ada dan nyata. Dengan perkataan lain ia hanya mau mendasarkan seninya pada penyerapan pancainderanya saja (khususnya mata) dan meninggalkan fantasi dan imaginasinya. Ia hanya melukis apa adanya tidak kurang tidak lebih. Karya-karyanya pada tahun 1849 diantaranya: Habis makan di Omans (mendapat hadiah medali ke dua), Pemakaman di Omans atau sering disebut sebagai Pemakaman Romantikisme (Soedarso SP, 1990: 27).
Dalam situs http://id.wikipedia.org/wiki/Realisme_%28seni_rupa%29 dijelaskan bahwa Realisme di dalam seni rupa berarti usaha menampilkan subyek dalam suatu karya sebagaimana tampil dalam kehidupan sehari-hari tanpa tambahan embel-embel atau interpretasi tertentu. Maknanya bisa pula mengacu kepada usaha dalam seni rupa untuk memperlihatkan kebenaran, bahkan tanpa menyembunyikan hal yang buruk sekalipun. Realisme dalam seni rupa bisa pula mengacu kepada gerakan kebudayaan yang bermula di Perancis pada pertengahan abad 19. Namun karya dengan ide realisme sebenarnya sudah ada pada 2400 SM yang ditemukan di kota Lothal, yang sekarang lebih dikenal dengan nama India.

SENI DAN DESAIN PADA ZAMAN REVOLUSI INDUSTRI

Menurut Hafiz Ahmad dalam artikelnya yang berjudul Multimedia, Virtual Reality Dan History Of Art (Resume Kuliah Digital Content Theory oleh Professor Han, Department of Computer Design, Woosong Universit


Dapat dikatakan bahwa saat revolusi industri melahirkan craft, ini merupakan satu hal yang sama sekali baru. Sebelum revolusi industri bisa dikatakan belum ada “ilmu” tentang desain, sehingga saat mulai membuat benda-benda craft, ide yang digunakan sebagai unsur visualisasi dan desainnya diambil dari mana-mana. Ide bisa datang dari seni era Yunani, Renaissance ataupun Baroque & Rococo, bahkan campuran dari semuanya. Dalam berkesenian juga menghendaki timbulnya kembali nilai-nilai kehidupan dalam peradaban klasik yang dirasakan lebih sesuai, yaitu kebebasan (Drs R. Soekmono, 1981: 111). Maka tidak heran jika produk-produk kerajinan menjadi banyak tetapi dengan kualitas yang rendah, bahkan tidak berkualitas sama sekali. Kondisi ini kemudian memicu gerakan yang menentang dalam bentuk Art and Craft Movement.
Pada masa ratu Victoria tahun 1851, timbul dua reaksi yaitu reaksi penolakan dan reaksi mendukung. Reaksi penolakan timbul karena ada yang beranggapan bahwa mesin menciptakan proses dehumanisasi. Sedangkan reaksi mendukung timbul karena ada yang beranggapan bahwa dengan hadirnya mesin sebagai alat produksi maka akan memudahkan pekerjaan manusia. Reaksi penolakan itu dalam seni dan kriya muncul dalam bentuk gerakan romantik. Romantisisme sangat mementingkan perasaan serta kemuliaan dari hak individu untuk mengungkapkan pemikiran.  Filsuf romantisisme yang terkenal adalah Hegel yang menganggap seni dapat sembuhkan keresahan manusia akibat tekanan alam atau lingkungan. Gerakan romantik yang paling menonjol dalam seni dan kriya adalah Art and Craft movement dan Art Nouveau (Arief Adityawan S., 1999: 11).
Dalam artikel yang berjudul Design Against Style: Melawan Penindasan Gaya dalam Desain Grafis oleh Ancala Suryaputra (http://www.komvis.com/artikel.html? kategori=artikel&id=136&start=50&PHPSESSID=52a006b68d225cb96c4d7f), mulai dari gerakan Seni dan Kerajinan (Arts & Crafts Movement) kemudian masa Art Nouveau hingga tiba di masa modern Art Deco, muncul media desain grafis yang paling besar peranannya dalam menampilkan gaya-gaya desain yaitu poster, baik yang bersifat komersil maupun propaganda sosial kebudayaan dan militer.
Hal tersebut bisa dilacak kembali melalui perkembangan desain grafis sejak Art Nouveau di Prancis yang kemudian berbarengan tersebar meluas di seluruh daratan Eropa. Penamaan gaya yang berbeda-beda seperti Jugendstil (Jerman/Skandinavia), Secession (Swiss/Austria), Glasgow (Inggris), dan Stile Liberty (Italia), namun tetap dalam satu nafas yang sama yaitu identifikasi visual berupa bentuk-bentuk organis, garis tumbuhan, dan garis liuk yang feminim. Pelbagai aliran seni rupa turut pula memperkaya gaya art nouveau ini, diantaranya seperti impresionisme dan simbolisme. Desain grafis Eropa masa ini mampu membawa gerakan atau penciptaan gaya baru yang merupakan adaptasinya terhadap persinggungan dengan budaya asing. Mereka mampu menerjemahkan warna lokal dari kultur di luar dunianya untuk dipahami dalam warna lokal kulturnya sendiri, sehingga dikatakan Art Nouveau menjadi seni komersil pertama yang secara konsisten dipakai untuk mempertinggi keindahan.
Perang Dunia I menjadi salah satu ajang pembuktian keterlibatan desain grafis, seperti yang bisa kita saksikan dalam poster-poster propaganda, tanda dan simbol dalam identitas militer. Kemajuan dari revolusi industri yang kemudian menggiring pada hiruk-pikuk suasana perang dunia pertama itu, telah mengilhami gerakan manifesto kaum futuris (yang berorientasi pada masa depan) dan dadais (yang berorientasi pada kritik sosial saat itu). Bersamaan dengan berbagai permasalahan sosial yang tumbuh pada masa-masa kisruh itu, muncullah aliran kubisme, konstruktivisme, de stijl, fauvis dan ekspresionis yang mempengaruhi karakteristik pengembangan desain grafis selanjutnya, yang dipanggil sebagai gaya desain Art Deco. Bahkan seni Ziggurat Mesir dan Indian Aztec turut meramaikan gaya desain ini pula. Di Amerika yang belakangan mulai menunjukkan keadikuasaannya memberi label tersendiri pada gaya ini yaitu Streamline.
Tak lama berselang, berdirilah sekolah Bauhaus yang dengan upayanya memadukan seni dan teknologi, menambah kemajuan pertumbuhan berbagai gaya-gaya desain grafis, yang merupakan sintesis dari seni, desain dan teknologi. Pemahaman modernitas yang berupaya mengejar hal-hal baru dan gaya desain modern yang universal makin merebak.
Dalam abad ke-18 adanya tuntutan terhadap kebebasan individu, kemudian muncullah apa yang disebut individualisme. Dalam individualisme yang menjadi pokok permasalahan adalah “ratio”, yaitu kecerdasan otak atau akal (Rationalisme). Dari rationalisme akhirnya berkembang berbagai gaya seni dan desain, berkembang juga bidang-bidang lain seperti penyelidikan, ilmu falaq dan lain-lain. Dari rationalisme itu menimbulkan pandangan-pandangan baru yang terutama menghendaki perbaikan nasib manusia yang disebut dengan istilah Aufklarung (Drs R. Soekmono, 1981: 111).
Menurut Hafiz Ahmad dalam artikelnya yang berjudul Multimedia, Virtual Reality Dan History Of Art (Resume Kuliah Digital Content Theory oleh Professor Han, Department of Computer Design, Woosong University) dalam web http://www.veetra. com/index.php?option=com_content&task=view&id=50&Itemid=71&PHPSESSID=f90 6bd971 dijelaskan, revolusi industri merupakan titik “keberangkatan” yang penting karena merombak pola pikir masyarakat pada masa itu, terutama tentang eksistensi seni dan kerajinan. Kemungkinan menghasilkan barang-barang “bercita rasa seni” dalam jumlah banyak karena diproduksi mesin, sehingga menimbulkan perdebatan-perdebatan, yaitu antara seni sebagai high art atau seni yang juga sebagai craft/kerajinan.
Dapat dikatakan bahwa saat revolusi industri melahirkan craft, ini merupakan satu hal yang sama sekali baru. Sebelum revolusi industri bisa dikatakan belum ada “ilmu” tentang desain, sehingga saat mulai membuat benda-benda craft, ide yang digunakan sebagai unsur visualisasi dan desainnya diambil dari mana-mana. Ide bisa datang dari seni era Yunani, Renaissance ataupun Baroque & Rococo, bahkan campuran dari semuanya. Dalam berkesenian juga menghendaki timbulnya kembali nilai-nilai kehidupan dalam peradaban klasik yang dirasakan lebih sesuai, yaitu kebebasan (Drs R. Soekmono, 1981: 111). Maka tidak heran jika produk-produk kerajinan menjadi banyak tetapi dengan kualitas yang rendah, bahkan tidak berkualitas sama sekali. Kondisi ini kemudian memicu gerakan yang menentang dalam bentuk Art and Craft Movement.
Pada masa ratu Victoria tahun 1851, timbul dua reaksi yaitu reaksi penolakan dan reaksi mendukung. Reaksi penolakan timbul karena ada yang beranggapan bahwa mesin menciptakan proses dehumanisasi. Sedangkan reaksi mendukung timbul karena ada yang beranggapan bahwa dengan hadirnya mesin sebagai alat produksi maka akan memudahkan pekerjaan manusia. Reaksi penolakan itu dalam seni dan kriya muncul dalam bentuk gerakan romantik. Romantisisme sangat mementingkan perasaan serta kemuliaan dari hak individu untuk mengungkapkan pemikiran.  Filsuf romantisisme yang terkenal adalah Hegel yang menganggap seni dapat sembuhkan keresahan manusia akibat tekanan alam atau lingkungan. Gerakan romantik yang paling menonjol dalam seni dan kriya adalah Art and Craft movementdan Art Nouveau (Arief Adityawan S., 1999: 11).
Dalam artikel yang berjudul Design Against Style: Melawan Penindasan Gaya dalam Desain Grafisoleh Ancala Suryaputra (http://www.komvis.com/artikel.html? kategori=artikel&id=136&start=50&PHPSESSID=52a006b68d225cb96c4d7f), mulai dari gerakan Seni dan Kerajinan (Arts & Crafts Movement) kemudian masa Art Nouveau hingga tiba di masa modern Art Deco, muncul media desain grafis yang paling besar peranannya dalam menampilkan gaya-gaya desain yaitu poster, baik yang bersifat komersil maupun propaganda sosial kebudayaan dan militer.

Hal tersebut bisa dilacak kembali melalui perkembangan desain grafis sejak Art Nouveau di Prancis yang kemudian berbarengan tersebar meluas di seluruh daratan Eropa. Penamaan gaya yang berbeda-beda seperti Jugendstil (Jerman/Skandinavia), Secession (Swiss/Austria), Glasgow (Inggris), dan Stile Liberty (Italia), namun tetap dalam satu nafas yang sama yaitu identifikasi visual berupa bentuk-bentuk organis, garis tumbuhan, dan garis liuk yang feminim. Pelbagai aliran seni rupa turut pula memperkaya gaya art nouveau ini, diantaranya seperti impresionisme dan simbolisme. Desain grafis Eropa masa ini mampu membawa gerakan atau penciptaan gaya baru yang merupakan adaptasinya terhadap persinggungan dengan budaya asing. Mereka mampu menerjemahkan warna lokal dari kultur di luar dunianya untuk dipahami dalam warna lokal kulturnya sendiri, sehingga dikatakan Art Nouveau menjadi seni komersil pertama yang secara konsisten dipakai untuk mempertinggi keindahan.
Perang Dunia I menjadi salah satu ajang pembuktian keterlibatan desain grafis, seperti yang bisa kita saksikan dalam poster-poster propaganda, tanda dan simbol dalam identitas militer. Kemajuan dari revolusi industri yang kemudian menggiring pada hiruk-pikuk suasana perang dunia pertama itu, telah mengilhami gerakan manifesto kaum futuris (yang berorientasi pada masa depan) dan dadais (yang berorientasi pada kritik sosial saat itu). Bersamaan dengan berbagai permasalahan sosial yang tumbuh pada masa-masa kisruh itu, muncullah aliran kubisme, konstruktivisme, de stijl, fauvis dan ekspresionis yang mempengaruhi karakteristik pengembangan desain grafis selanjutnya, yang dipanggil sebagai gaya desain Art Deco. Bahkan seni Ziggurat Mesir dan Indian Aztec turut meramaikan gaya desain ini pula. Di Amerika yang belakangan mulai menunjukkan keadikuasaannya memberi label tersendiri pada gaya ini yaitu Streamline.

TAK LAMA BERSELANG, BERDIRILAH SEKOLAH BAUHAUS YANG DENGAN UPAYANYA MEMADUKAN SENI DAN TEKNOLOGI, MENAMBAH KEMAJUAN PERTUMBUHAN BERBAGAI GAYA-GAYA DESAIN GRAFIS, YANG MERUPAKAN SINTESIS DARI SENI, DESAIN DAN TEKNOLOGI. PEMAHAMAN MODERNITAS YANG BERUPAYA MENGEJAR HAL-HAL BARU DAN GAYA DESAIN MODERN YANG UNIVERSAL MAKIN MEREBAK.

Dalam abad ke-18 adanya tuntutan terhadap kebebasan individu, kemudian muncullah apa yang disebut individualisme. Dalam individualisme yang menjadi pokok permasalahan adalah “ratio”, yaitu kecerdasan otak atau akal (Rationalisme). Dari rationalisme akhirnya berkembang berbagai gaya seni dan desain, berkembang juga bidang-bidang lain seperti penyelidikan, ilmu falaq dan lain-lain. Dari rationalisme itu menimbulkan pandangan-pandangan baru yang terutama menghendaki perbaikan nasib manusia yang disebut dengan istilah Aufklarung (Drs R. Soekmono, 1981: 111).

ART NOUVEAU, GAMBARAN KEINDAHAN FLORAL

Art Noveau adalah sebuah aliran seni yang memiliki gaya dekoratif tumbuhan (flora) yang liuk-liuk. Aliran ini muncul pertama kali muncul di Eropa dan Amerika pada tahun 1819 hingga menjelang perang dunia pertama (1914). Art Noveau berasal dari sebuah toko di Paris yang dibuka tahun 1895 oleh Stegfried Bing. Di Eropa aliran ini menggunakan beberapa nama, diantaranya: Jugendstill (Jerman), Vinna Secession (Austria), Stile Liberty (Italia), Modernista (Spanyol) dan Glassgow School (Inggris) seperti yang telah disebutkan di atas.
Hal tersebut di atas, juga dijelaskan dalam web http://www.artchive.com/ artchive/ art_nouveau.html., yaitu “An international style of decoration and architecture which developed in the 1880s and 1890s. The name derives from the Maison de l’Art Nouveau, an interior design gallery opened in Paris in 1896, but in fact the movement had different names throughout Europe. In Germany it was known as ‘Jugendstil’, from the magazine Diejugend (Youth) published from 1896; in Italy ‘Stile Liberty’ (after the London store, Liberty Style) or ‘Floreale’; in Spain ‘Modernista’, in Austria ‘Sezessionstil’ and, paradoxically, in France the English term ‘Modern Style’ was often used, emphasizing the English origins of the movement.
Pada masa gerakan Art Nouveau, ada seorang tokoh bernama Louis Sullivan (1856-1924) melontarkan slogannya “Form Follows Function” yang mengandung maksud bahwa semua bentuk harus ada fungsinya dan tahun 1897 Adolf Loos dengan kata-katanya “makin rendah tingkat budaya suatu bangsa, makin meriahlah ornamentasinya”. Karena itu di kemudian hari seni dan arsitektur menjadi satu dalam madzab Bauhaus, maka baik seni lukis maupun seni bangunan dalam naungannya berusaha untuk menjadi sesederhana mungkin (Soedarso SP, 1990: 68).
Gerakan Art Nouveau muncul pada awal abad 20 di negara-negara Eropa seperti Belanda, Belgia dan Jerman. Gerakan Art Nouveau tidak seperti Art & Craft yang memusuhi mesin, gerakan ini lebih merupakan seni terapan pada awalnya. Wujud desainnya seperti sejenis flora aneh atau organisme yang hidup. Berupa bentuk-bentuk yang mengalun, meliuk, berdenyut, menggeliat dan sebagainya, yang kadang tidak menggambarkan apapun. Bentuk bangunannya memperlihatkan keterpaduan antara hiasan dan struktur, strukturnya sendiri terkesan dekoratif. http://www.geocities.com/ sta5_ar530/data/01renaisanspurna.htm.
Nilai lebih yang dimiliki Art Nouveau adalah keinginan untuk menerima mesin (sehingga antisipasi kuantitas produksi menjadi teratasi) serta menerima craft sebagai bagian pula. Hanya saja, setiap gerakan biasanya memiliki kekurangan, dan demikian pula halnya dengan Art Nouveau. Salah satunya adalah pergesekan antara sisi estetika dengan fungsionalitas, terutama berkaitan dengan bahan yang digunakan (semacam structure vs decoration). Misalnya penggunaan bahan-bahan yang terbuat dari baja yang baik secara struktur tetapi menyulitkan secara dekorasi, terutama terkait dengan masalah besarnya dana yang harus dikeluarkan (secara sederhana: ignoring the characters of element). Terkadang sebuah bentuk arsitektur yang begitu indah tetapi ditempatkan pada lokasi yang tidak semestinya, seperti lampu dengan ornamen yang luar biasa detil dan indah, tetapi ditempatkan pada sebuah stasiun yang super sibuk sehingga tidak bisa dinikmati oleh pengguna stasiun tersebut (http://www. veetra.com/index.php? option=com_content&task=view&id=50&Itemid=71& PHPSESSID=f906bd971).
Art Nouveau mempengaruhi lahirnya sekolah desain Bauhaus di Jerman pada tahun 1919. Sehingga tercapainya keserasian dan kesinambungan ke arah kemajuan dan modernisasi mebel. Di Indonesia pengaruh ini dapat dilihat pada perbedaan desain kursi ketua MPR dan wakil ketuanya. Dimana kursi ketua MPR didesain lebih berwibawa dibandingkan para wakil ketuanya. Begitu juga Presiden dan Wakil Presiden pun tidak boleh menyaingi kewibawaan kursi ketua MPR. Tetapi dalam kedudukannya harus didesain paling berwibawa diantara kursi-kursi lain dalam struktur pemerintahan.
Disamping itu Art Nouveau juga berpengaruh terhadap grafis, yaitu dapat dilihat pada logo perusahaan transportasi terbesar di Amerika pada tahun 1868. Yang tercermin dari bentuk logo Union Pacific yang berupa tameng dengan pola garis-garis dengan warna merah biru yang sangat khas Amerika. Pada proses evolusi desain logonya mengalami perubahan sebanyak 27 kali dan pada dasarnya, proses perubahan logo sebanyak itu dapat dibagi dalam beberapa fase perubahan, sesuai dengan keadaan zaman dan gaya desain yang dipergunakan.
Ciri-ciri desain Art Nouveau adalah merupakan perkembangan desain tradisional-modern, diantaranya merupakan pergantian mebel tradisional oleh mesin dan adanya motif tumbuh-tumbuhan sebagai aspek dekorasi atau hiasannya.

Rabu, 05 Juni 2013

Hanya Aku

Bersama janji kau sentuh rasa percaya
Hangat dinginmu mengundang rindu kecewa
Hanya aku dihuni sepi rasa kasihmu

Hanya ku yang mencari
Rembulan masih ada
Mungkin seketika
Walau ku bahagia mengejar bayanganmu
Tak mungkin ku beroleh saat indah bersamamu

Hanya aku
Apakah mungkin berulang janji setia
Apa kan kekal ataupun menyambutduka
Dan dirimu di janji Sang Sempurna
Dan kecewa kini di pulih rasa kasihmu

Dihuni rasa rindu
Hanya ku yang mencari
Rembulan masih ada
Mungkin seketika
Walau ku bahagia mengejar bayanganmu
Tak mungkin ku beroleh saat indah bersamamu

Hanya aku
Dingin rasa kasihmu
Bagai bintang bersemi
Rindu janji bicara
Kekal selamanya
Walau sekadar mimpi
Tak pernah ku peduli
Selamanya kan ku pasti merindui dirimu
Hanya aku

Selasa, 04 Juni 2013

Bisakah Kaubayangkan Rasanya jadi Aku?

Kamu pernah menjadi bagian hari-hariku. Setiap malam, sebelum tidur, kuhabiskan beberapa menit untuk membaca pesan singkatmu. Tawa kecilmu, kecupan bebentuk tulisan, dan canda kita selalu membuatku tersenyum diam-diam. Perasaan ini sangat dalam, sehingga aku memilih untuk memendam.

Jatuh cinta terjadi karena proses yang cukup panjang, itulah proses yang seharusnya aku lewati secara alamiah dan manusiawi. Proses yang panjang itu ternyata tak terjadi, pertama kali melihatmu; aku tahu suatu saat nanti kita bisa berada di status yang ebih spesial. Aku penasaran ketika mengetahui kehadiranmu mulai mengisi kekosongan hatiku. Kebahagiaanku mulai hadir ketika kamu menyapaku lebih dulu dalam pesan singkat. Semua begitu bahagia.... dulu.

Aku sudah berharap lebih. Kugantungkan haapanku padamu. Kuberikan sepenuhnya perhatianku untukmu. Sayangnya, semua hal itu seakan tak kaugubris. Kamu di sampingku, tapi getaran yang kuciptakan seakan tak benar-benar kaurasakan. Kamu berada di dekatku, namun segala pehatianku seperti menguap tak berbekas. Apakah kamu benar tidak memikirkan aku? Temanmu bilang, kamu lebih senang menunggu. Benarkah kamu memang menunggu?

Apakah kamu tidak pernah menilik sedikit saja perasaanku? Ini semua serasa aneh bagiku. Kita dulu sempat dekat. Aku yang terbiasa dengan sapaanmu di pesan singkat harus (terpaksa) ikhlas karena akhirnya kamu sibuk dengan kekasihmu. Aku berusaha memahami itu.

Services

What can I do


Branding

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua.

Web Design

Quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Donec sit amet venenatis ligula. Aenean sed augue scelerisque.

Graphic Design

Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident.

Development

Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident.

Photography

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod. Donec sit amet venenatis ligula. Aenean sed augue scelerisque, dapibus risus sit amet.

User Experience

Quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Donec sit amet venenatis ligula. Aenean sed augue scelerisque, dapibus risus sit amet.

Contact

Get in touch with me


Adress/Street

Wringinanom Street

Phone number

+(62) 0857 3166 4402

Website

www.catatandoanairen.blogspot.co.id